Résultats de recherche pour utopia

LA LUTTE DES TRAVAILLEURS DU CINEMA BABYLON DE BERLIN : ENSEIGNEMENT POUR LA TACTIQUE ANARCHOSYNDICALISTE

Publié sur http://sipncntait.free.fr,  le 14 janvier 2010 En 2009 et 2010, un conflit de travail dans un petit cinéma berlinois, qui n’employait même pas trois douzaines de personnes, fit grand bruit dans le milieu culturel et la gauche allemande. Ce conflit a démontré que les luttes offensives et les alternatives organisationnelles dans les petites entreprises […]

LICENCIEMENTS A L’ABC, J’Y TIENS PAS ! (2008)

Tract diffusé aux spectateurs, février 2008, et paru dans Anarchosyndicalisme !, n°105 Le cinéma ABC, c’est un de ces cinémas dits « d’art et d’essai » qui se sont faits une spécialité dans « la défense des valeurs », dans les films alternatifs… bref, une salle « très comme il faut » mais pas forcément pour ceux qui y travaillent. C’est […]

LA FABRIQUE DE L’OPINION : TENTATIVE D’ENFUMAGE GAUCHISTE

La direction d’Utopia, fortement agacée de la révélation publique de ses pratiques managériales, se devait d’allumer des contre-feux. S’ils utilisèrent pour cela leur gazette (30 000 exemplaires diffusés …), des individus et des organisations dont certaines se réclamant du syndicalisme révolutionnaire voire du mouvement libertaire, jouèrent complaisamment les pompiers d’Utopia, gauchistes – sans que l’on sache […]

CRACHER DANS LA SOUPE ET MORDRE LA MAIN QUI NOURRIT

Le Combat Syndicaliste Midi Pyrénées, Février Mars 2007, numéro 99 De nombreux militants syndicalistes et politiques se sont donnés beaucoup de peine, depuis près de deux ans, pour expliquer combien cette affaire n’en valait pas la peine. Cela, y compris dans des milieux se déclarant révolutionnaires, se revendiquant de l’anticapitalisme voire des idées libertaires. Le […]

A PROPOS D’UN DROIT DE REPONSE PATRONAL – ATTENTION FAIZANT DE GAUCHE !

Un cinéphile averti en vaut deux … Article publié dans le Combat Syndicaliste Midi Pyrénées, n°90, mai juin 2005 Sous le titre « Utopia salaud ! le peuple aura ta peau » la dernière gazette de ce cinéma publie deux pages, illustrées par Charb, pour s’attaquer à la CNT-AIT de Toulouse. Le prétexte en est de répondre […]

QUELLE EST LA DIFFERENCE ENTRE UN PATRON DE GOCHE ET UN PATRON

L’exemple de la SARL CINEMA UTOPIA Article publié dans le Combat Syndicaliste Midi Pyrénées, n°89, mars avril 2005 Le soir du 3 février, avait lieu au cinéma Utopia à Toulouse la soirée d’ouverture du cycle « Haro sur le boulot », cycle dont le thème étant la critique virulente des méfaits du capitalisme. Le cinéma Utopia est […]

Chen Jiongming: Anarchism and the Federalist State

Chen Jiongming:  Anarchism and the Federalist State by Leslie H. Chen Alexandria, Virginia Introduction             Several major events occurred in China’s search for modernization in the twentieth century: (1) the New Policies Reform and Constitutional movement of the late Qing period, 1898-1911; (2) the Republican Revolution of 1911; (3) the New Culture movement of the […]

KOMUNISME LIBERTARIAN

KOMUNISME LIBERTARIAN
(vers un communisme libertaire)

mardi 10 février 2004

Dari semua buku yang aku baca, di tahun 1930, diatas kapal yang membawaku ke Indocina, buku yang berderet dari Marx hingga Proudhon, Georges Sorel, hingga Hubert Lagardelle, Fernand Pelloutier, Lenin dan Trotsky, buku-buku karya Marx-lah yang tanpa diragukan menghasilkan dampak paling besar pada diriku. Buku-buku ini membuka mataku, menyingkap misteri nilai-lebih sistem kapitalis, mengajariku tentang dialektika dan materialisme historis. Sejak saat itu, aku memasuki gerakan revolusioner, membuang kelaut semua pemikiran borjuisku. Aku sejak dari awal, secara insting anti-Stalinis; pada saat itu aku seorang sosialis kiri yang mengambil pendirian disekitar Marceau Pivert dan seorang sindikalis revolusioner dibawah pengaruh Pierre Monatte. Dikemudian hari, tulisan-tulisan Bakunin, dalam enam-volume edisi terbitan Max Nettlau/James Guillaume, jadi semacam operasi katarak yang kedua bagi diriku. Tulisan-tulisan ini meninggalkan bekas selamanya dalam diriku yang menjadi alergi dengan setiap versi sosialisme yang otoriter, apakah mereka menyebut diri Jacobin, Marxis atau Trotskyis.

Adalah dibawah kegemparan yang dilakukan pada diriku oleh tulisan-tulisan ini (Bakunin) yang menuntun aku secara mendasar mengubah penghargaanku terhadap strategi revolusioner yang dikembangkan Lenin, mengkaji ulang (pandanganku sendiri) akan idolaku ini dan meneruskannya dengan sebuah kritik mendalam terhadap konsepsi otoriter tertentu dari pemimpin Bolshevik tersebut. Aku menyimpulkan, dari perdebatan internal, bahwa sosialisme mesti membersihkan diri dari gagasan kediktatoran proletariat yang melelahkan, agar dapat mengembalikan sifat pembebasannya yang otentik.

STRUKTUR ORGANISASI DAN STRUKTUR KEKUASAAN DALAM KOLEKTIF

Realitas mengenai implementasi sebuah masyarakat anarkis sering sekali diragukan. Dan kadang-kadang kita yang « setuju » dengan filosofis anarkisme pun menganggap masya-rakat anarkis sebagai utopia yang tidak dapat direalisasikan.

Sepertinya persepsi kita telah diracuni oleh pemikiran-pemikiran yang memberikan keabsahan kepada pemerintah/ negara dan hak perseorangan. Sistem pendidikan di kepulauan Nusantara sendiri cenderung menggalakkan kita untuk menghayati doktrin-doktrin yang mengakibatkan kita menjadi malas berpikir. Padahal dalam masyarakat tradisional tidak dikenal yang namanya pemerintah dan hak milik pribadi. Contohnya dalam masyarakat adat di Maluku, yang ada hanya hak pakai atas sebidang tanah tanpa kepemilikan oleh pihak swasta [1]. Pada masyarakat tradisional pula, pemerintah, yang waktu dulu adalah kerajaan, lebih berfungsi sebagai mahluk yang parasitis yang selalu meminta (paksa) dari rakyat hasil kerja mereka. Penduduk terikat dengan perbudkan feodal dengan para bangsawan [2]. Tidak ada juga yang namanya patriotisme -buktinya rakyat di Jawa tidak suka membantu rajanya berperang melawan penjajah Barat. Konsep nasionalisme/ patriotisme sama sekali tidak mempunyai akar dalam kehidupan masyarakat kepulauan Nusantara -konsep yang baru diperke-nalkan oleh kaum borjuis (priyayi) kepada masyarakat di akhir abad ke sembilan belas [3]

Page suivante » « Page précédente